Minggu, 24 Januari 2016

Cabe Dalam Polybag



Cabe Dalam Polybag


Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas ini di pasaran juga berfluktuasi. Apalagi ketika mendekati hari-hari besar seperti lebaran, harga cabe langsung meroket sampai 60-100 ribu/kg. Oleh sebab itu banyak orang yang tertarik untuk menanam cabe, baik untuk dijual ataupun hanya sekedar untuk dipakai sendiri. Untuk menanam cabe tentu diperlukan sebuah lahan untuk bercocok tanam. Sayang saat ini di daerah perkotaan tidak banyak tersedia lahan yang bisa dimanfaatkan. Tetapi hal itu bisa disiasati dengan cara menanam cabe di dalam polybag atau pot.

Untuk menanam cabe di dalam pot atau polybag relatif lebih mudah untuk dilakukan. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Tetapi baiknya cabe ditanam pada daerah yang berada pada ketinggian 0-2000 meter di atas permukaan laut. Sedangkan suhu yang cocok berkisar 24-27oC, tetapi masih bisa bertahan terhadap suhu dibawah itu. Hal itu tergantung pula dengan jenis cabe yang ditanam.

Salah satu cabe yang paling cocok untuk ditanam di pekarangan rumah adalah jenis cabe rawit dan cabe keriting. Jenis cabe ini sangat cocok untuk ditanam di iklim tropis dan rasanya pedas juga disukai oleh banyak orang. Berikut kami berikan tutorial cara menanam cabe keriting dalam polybag.

Memilih Benih Cabe

Untuk mendapatkan cabe berkualitas tentu perlu untuk memilih benih terbaik. Di pasaran banyak sekali tersedia berbagai jenis cabe mulai dari cabe hibrida sampai varietas lokal. Untuk cara penanaman kedua jenis cabe ini relatif sama tetapi khusus cabe hibrida biasanya untuk mendapatkan hasil maksimal harus diberikan obat-obatan tertentu. Jenis cabe hibrida banyak di-import dari Thailand dan Taiwan, sedangkan untuk jenis cabe lokal banyak ditanam di Kudus, Rembang hingga Tanah Karo, Sumatra Utara.

Saat ini para petani lebih memilih bibit cabe lokal yang telah diseleksi karena produktivitasnya lebih baik daripada yang tidak diseleksi. Selain itu dari segi teknis cara menanam cabe lokal lebih mudah dibandingkan dengan cabe hibrida. Cuma dari segi produktivitas cabe hibrida lebih unggul dari cabe lokal. Untuk pemula yang baru belajar cara budidaya cabe sebaiknya menggunakan bibit cabe lokal.

Proses Penyemaian Bibit Cabe


Proses Penyemaian Bibit Cabe

Untuk menanam cabe di dalam polybag atau pot sebaiknya tidak langsung dilakukan dari benih. Proses pertama yang harus dilakukan adalah menyemai bibit dilahan. Hal ini untuk menyeleksi bibit cabe, agar bibit yang tidak bisa tumbuh dengan baik karena cacat atau memiliki penyakit tidak ditanam. Selain itu proses ini bertujuan untuk menunggu agar bibit cabe tumbuh cukup kuat untuk ditanam di tempat yang lebih besar.

Untuk lahan tempat menyemai bibit cabe bisa dilakukan di polybag, pot, baki persemaian atau membuat petakan tanah. Untuk saat ini kita akan membahas cara penyemaian bibit pada petakan tanah. Langkah pertama adalah membuat petakan tanah dengan ukuran secukupnya. Buat campuran kompos dan tanah kemudian aduk hingga rata. Butiran tanah diolah dengan sehalus dan segembur mungkin. Tujuannya agar perakaran bisa menembus lahan dengan mudah. Buatlah petakan tanah dengan lebar 5-10 cm, kemudian buat larikan di atasnya dengan jarak 10 cm.

Setelah lahan siap, langkah selanjutnya adalah memasukan benih cabe ke larikan dengan jarak 7,5 cm. Setelah itu siram untuk membasahi lahan dan tutup tipis dengan tanah atau kompos. Bila sudah selesai tutup lahan yang telah ditaburi bibit dengan karung goni basah dan biarkan 3 sampai hari. Pertahankan karung goni tetap basah sampai hari ke 4 biasanya bibit cabe sudah mulai muncul di permukaan tanah, kemudian buka karung goni tersebut.

Bila bibit-bibit cabe sudah mulai tumbuh, buatlah penutup dari plastik transparan untuk melindungi bibit cabe kecil dari air hujan dan panas matahari langsung. Salah satu tanda bibit cabe sudah siap untuk ditanam adalah sudah adanya 3-4 helai daun dan bibit telah berumur sekitar 1 bulan.

Menyiapkan Media Tanam


Membuat Media Tanah dari Tanah


Bila bibit cabe sudah besar, maka langkah selanjutnya adalah mempersiapkan media tanam. Gunakan pot atau polybag dengan ukuran minimal 30 cm, agar media tanam bisa menopang pertumbuhan cabe yang subur. Bila kesulitan untuk mendapatkan polybag bisa menggunakan media tanam lain seperti pot plastik, kantong semen dan tanah. Atau bisa juga menggunakan wadah bekas yang tidak terpakai, lubangi bagian bawah agar bisa mengalirkan air.

Untuk menanam cabe di dalam polybag bisa memakai media tanam dari campuran tanah, pupuk kandang, kompos, arang, sekam padi, atau bahan lain yang serupa. Beberapa contoh komposisi media tanam yang bisa kamu terapkan seperti campuran kompos dan tanah dengan komposisi 1:2. Bisa juga dengan komposisi tanah, arang sekap dan pupuk kandang dengan kamposisi 1:1:1. 

Sedangkan campuran yang terakhir adalah campuran antara pupuk kandang dan tanah dengan komposisi 1:2. Untuk pupuk kandang bisa mengunakan pupuk kandang yang matang.
Pastikan bahan yang digunakan sebagai media tanam memiliki kualitas yang baik. Gunakan saringan untuk mengayak media tanam agar mendapat media tanam yang halus. Berikan sedikit pupuk NPK sekitar 3 sendok pada setiap polybag. Aduk pupuk tersebut hingga benar-benar menyatu dengan media tanam. Tempatkan media tanah pada tempat yang tidak tergenang air, atau Anda bisa membuat tepat tersebut dengan melapisi pecahan genteng, koral kecil dan juga sabut kelapa. Tujuannya agar air tidak tergenang di tempat tersebut.

Memindahkan Bibit Cabe pada Media Tanam


Bila bibit sudah tumbuh cukup besar pindahkan bibit cabe dari tempat penyemaian ke dalam media tanam. Ketika memindahkan bibit cabe usahakan ketika suhu tidak terlalu panas, idealnya pada waktu pagi dan sore hari, dimana matahari tidak terlalu terik sehingga tanaman terjaga dari sengatan sinar matahari langsung.

Lakukan pemindahan dengan hati-hati, perhatikan akar tanaman agar jangan sampai rusak. Buatlah lubang pada media tanam sedalam 5-7 cm. Bila pembibitan dilakukan di dalam polybag maka pindahkan bibit cabe bersamaan dengan polybag ke tempat yang lebih besar. Tetapi bila pembibitan dilakukan pada lahan tanah, maka proses pemindahannya bibit cabe dengan sedikit tanah yang menempel ke tempat media tanam yang baru.

Memelihara dan Merawat Tanaman Cabe

Seperti kebanyakan tanaman budidaya yang lain cabe juga memerlukan perawatan rutin agar bisa tumbuh dengan baik. Perawatan pada cabe meliputi penyiraman, pemberian pupuk, membersihkan dari gangguan gulma dan lain-lain. Berikut cara merawat tanaman cabe:

Pemberian pupuk. pupuk yang baik untuk tanaman cabe adalah jenis pupuk kompos, tetapi perlu juga diberikan pupuk buatan seperti NPK dengan dosis satu sendok/polybag setiap bulan. Apabila jenis ingin membudidayakan tanaman organik makan pemupukan bisa diganti dengan menyemprotkan pupuk organik pada masa pertumbuhan daun dan buah.

Penyiraman. Untuk menjaga kesegaran pada tanaman cabe sebaiknya dilakukan penyiraman setiap 3 hari sekali. Tetapi bila suhu panas sebaiknya dilakukan penyiraman setiap hari sekali.

Pengajiran. Bila tanaman cabe sudah tumbuh besar, berikan ajir atau penahan dari bambu atau kayu. Fungsi dari pengajiran adalah sebagai penopang tanaman cabe agar tidak mudah roboh.

Perompesan. Tunas muda yang baru tumbuh pada tanaman cabe sebaiknya dihilangkan. Aktivitas perompesan dilakukan pada saat tanaman cabe berusia 20 hari setelah masa tanam. Perompesan dilakukan 3 hari sekali sampai terbentuknya cabang. Manfaat dari perompesan adalah untuk menjaga agar tanaman cabe tetap tegak dan tidak tumbuh ke samping ketika bambu belum kuat menopang.

Merawat dan Memanen Cabe Rawit

Pengendalian hama dan penyakit. untuk menjaga tanaman tetap tumbuh subur maka perlu dilakukan perawatan agar tidak terserang hama atau penyakit. Untuk menghilangkan hama bisa menggunakan petisida organik atau kimia. Jangan terlalu sering menggunakan pestisida, karena akan merusak tanaman cabe.

Masa Panen Cabe

Umur cabe yang siap untuk dipanen sangat bervariasi, tergantung dengan jenis varietas dan lingkungan. Waktu yang tepat untuk memanen cabe adalah ketika cabe berwarna merah dan masih ada garis hijau pada buahnya. Cabe dengan ciri tersebut memiliki bobot maksimal dan bisa bertahan 1 – 2 harian. Waktu yang tepat untuk memanen cabe adalah pagi hari agar kesegaran cabe tetap terjaga hindari panen di siang atau malam hari.
Cara menanam cabe ini bisa diterapkan pada budidaya cabe sekala besar atau kecil, tinggal menyesuaikan aja jumlah dan lahan yang ada,

Semoga bermanfaat...

Selasa, 19 Januari 2016

Jenis dan karakteristik pupuk kandang


Jenis dan Karakteristik
Pupuk Kandang


Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang digunakan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pupuk kandang berperan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Komposisi unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang sangat tergantung pada jenis hewan, umur, alas kandang dan pakan yang diberikan pada hewan tersebut.

Setiap jenis hewan tentunya menghasilkan kotoran yang memiliki kandungan hara unik. Namun secara umum kotoran hewan mengandung unsur hara makro seperti nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan belerang (S). Bila dibandingkan dengan pupuk kimia sintetis, kadar kandungan unsur hara dalam pupuk kandang jauh lebih kecil. Oleh karena itu, perlu pupuk yang banyak untuk menyamai pemberian pupuk kimia.

Seperti jenis pupuk organik lainnya, pupuk kandang memiliki sejumlah kelebihan seperti kemampuannya untuk merangsang aktivitas biologi tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah. Hanya saja kelemahannya adalah bentuknya yang kamba (bulky) dan tidak steril, bisa mengandung biji-bijian gulma dan berbagai bibit penyakit atau parasit tanaman.


Jenis-jenis pupuk kandang

Dilihat dari bentuknya, terdapat pupuk kandang padat dan cair. Pupuk padat biasanya didapatkan dari tahi (feses) sedangkan pupuk cair diambil dari air kencing (urine). Ada juga yang diambil dari campuran feses dan urine, biasanya berbentuk campuran kental seperti lumpur. Selain bentuk fasa-nya, ada juga pupuk kandang yang berupa campuran antara kotoran dengan material lain. Seperti, kotoran ayam yang bercampur dengan sekam padi yang dijadikan alas kandang atau kotoran sapi yang bercampur jerami. Berikut ini, beberapa jenis pupuk kandang yang banyak dipergunakan.

a. Kotoran sapi

Pupuk kandang dari kotoran sapi memiliki kandungan serat yang tinggi. Serat atau selulosa merupakan senyawa rantai karbon yang akan mengalami proses dekomposisi lebih lanjut. Proses dekomposisi senyawa tersebut memerlukan unsur N yang terdapat dalam kotoran. Sehingga kotoran sapi tidak dianjurkan untuk diaplikasikan dalam bentuk segar, perlu pematangan atau pengomposan terlebih dahulu. Apabila pupuk diaplikasikan tanpa pengomposan, akan terjadi perebutan unsur N antara tanaman dengan proses dekomposisi kotoran.

Selain serat, kotoran sapi memiliki kadar air yang tinggi. Atas dasar itu, para petani sering menyebut kotoran sapi sebagai pupuk dingin. Tingginya kadar air juga membuat ongkos pemupukan menjadi mahal karena bobot pupuk cukup berat. Kotoran sapi telah dikomposkan dengan sempurna atau telah matang apabila berwarna hitam gelap, teksturnya gembur, tidak lengket, suhunya dingin dan tidak berbau.


b. Kotoran ayam

Kotoran ayam sangat diminati petani sayuran daun karena reaksinya yang cepat, cocok dengan karakter sayuran daun yang rata-rata mempunyai siklus tanam pendek. Pupuk ini mempunyai kandungan unsur hara N yang relatif tinggi dibanding pupuk kandang jenis lain. Terlebih lagi, unsur N dalam kotoran ayam bisa diserap tumbuhan secara langsung, sehingga relatif tidak perlu proses dekomposisi terlebih dahulu.

Pupuk kandang ayam biasanya diambil dalam bentuk campuran dengan sekam padi, terutama untuk kotoran ayam pedaging (broiler). Sekam padi digunakan para peternak ayam sebagai alas kandang. Ketika kandang dibersihkan kotoran akan bercampur dengan sekam tersebut. Sekam padi ikut memperkaya zat hara terutama untuk unsur K. Kotoran ayam broiler juga mengandung unsur P yang lebih tinggi.

Selain beberapa kelebihannya, kotoran ayam rentan membawa bibit penyakit terutama bakteri jenis Salmonella. Oleh karena itu pemanfaatannya harus hati-hati dan digunakan sesuai kebutuhan. Kekhawatiran lain adalah penggunaan obat-obatan dan hormon pada peternakan ayam akan terbawa kedalam kotoran ayam. Kontaminan ini tentunya tidak diharapkan bagi para petani sayur organik.


c. Kotoran kambing

Kotoran kambing teksturnya berbentuk butiran bulat yang sukar dipecah secara fisik. Kotoran kambing dianjurkan dikomposkan dahulu sebelum digunakan hingga pupuk menjadi matang. Ciri-ciri kotoran kambing yang telah matang suhunya dingin, kering dan relatif sudah tidak bau.
Kotoran kambing memiliki kandungan K yang lebih tinggi dibanding jenis pupuk kandang lain. Pupuk ini sangat cocok diterapkan pada paruh pemupukan kedua untuk merangsang tumbuhnya bunga dan buah.


d. Air kencing (urine)

Selain kotoran yang berbentuk padat, urine juga bisa dijadikan pupuk untuk tanaman. Urine merupakan buangan dari sisa-sisa metabolisme dalam tubuh. Urine mengandung kadar nitrogen yang tinggi, hasil dari perombakan metabolisme protein. Selain nitrogen, urine juga mengandung sulfur dan pospat.

Urine yang paling populer digunakan sebagai pupuk cair adalah urine kelinci, karena memilki kandungan unsur hara N yang cukup tinggi mencapai 2,72%. Cara penggunaannya pun cukup mudah yaitu dengan mengencerkan 1 liter urine kedalam 20 liter air bersih. Kemudian campuran tersebut disemprotkan pada tanaman sebagai pupuk daun. Pupuk kandang dari urine juga bisa dicampur dengan pupuk kandang padat dan diaplikasikan sebagai pupuk pada tanah. Selain untuk pupuk, urine hewan ternak sering dimanfaatkan untuk membuat pestisida organik atau pupuk hayati.


Pengomposan pupuk kandang

Pengomposan pupuk kandang bermanfaat untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat dalam kotoran, sehingga menjadi sumber-sumber hara yang stabil dan bisa diserap tanaman. Proses pengomposan mengeluarkan panas, energi panas ini sekaligus juga akan membunuh bibit penyakit dan mematikan biji-bijian gulma. Sehingga pupuk kandang yang telah dikomposkan relatif lebih aman dari penyakit dan hama tanaman.

Menurut penelitian Balittanah (2006), pengomposan pupuk kandang akan meningkatkan kadar hara makro. Zat-zat hara yang terkandung dalam kotoran, akan diubah menjadi bentuk yang mudah diserap tanaman. Seperti unsur N yang mudah menguap akan dikonversi menjadi bentuk lain seperti protein.

Pada prakteknya, pengomposan pupuk kandang akan lebih efektif apabila ditambahkan dengan inokulan seperti EM3 dan dibolak-balik setiap hari. Namun kebanyakan peternak membiarkan kotoran ternak menumpuk hingga menjadi pupuk yang matang digunakan. Bahkan jenis kotoran unggas biasanya jarang dikomposkan terlebih dahulu, setelah diambil dari kandang, kotoran tersebut langsung diaplikasikan ke lahan pertanian.


Aplikasi pupuk kandang

Pupuk kandang sudah digunakan para petani sejak berabad-abad lampau, baik itu dalam keadaan segar maupun yang telah dikomposkan. Pupuk kandang menyediakan semua unsur hara makro bagi tanaman, terutama nitrogen. Nitrogen yang terdapat dalam pupuk kandang berbentuk nitrat, suatu zat yang mudah larut dan diserap akar tanaman. Bentuk seperti ini sama dengan yang disediakan oleh pupuk kimia sintetis.

Penggunaan pupuk kandang di lahan kering diberikan dengan berbagai cara, seperti ditebarkan di atas tanah, dicampur saat pengolahan tanah, diberikan dalam larikan, atau diberikan pada lubang tanam. Para petani tanaman sayuran biasa memberikan pupuk kandang dalam jumlah besar dengan dosis 20-75 ton per ha. Sedangkan untuk tanaman pangan, seperti jagung dan kacang-kacangan lebih sedikit.

Pemberian pupuk kandang tidak langsung efektif pada musim tanam pertama, tapi akan memberikan hasil yang signifikan setelah diberikan pada musim tanam kedua dan selanjutnya. Hasil penelitian Balittanah terhadap tanaman jagung menujukkan pada pemberian musim pertama hanya menambah hasil panen sebesar 6% tetapi pada musim kedua naik hingga 40%.

Jenis pupuk kandang dari kotoran unggas secara umum memberikan hasil yang lebih cepat dibanding kotoran sapi atau kambing. Karena unsur hara dalam pupuk kandang ayam tersedia dalam bentuk yang dapat langsung diserap tanaman. Sementara pada kotoran sapi dan kambing memerlukan proses penguraian terlebih dahulu.

Penggunaan pupuk kandang di lahan sawah lebih sedikit dibanding lahan kering (pangan dan sayuran). Biasanya petani menggunakannya sebagai tambahan pupuk kimia dengan dosis kurang dari 2 ton per ha.

Mengenal Hama dan Penyakit Tanaman Cabe



Mengehal Hama dan

Penyakit tanaman cabe



Budidaya tanaman cabe merupakan kegiatan usaha tani yang menjanjikan keuntungan menarik. Di Indonesia, permintaan akan cabe cukup tinggi. Cabe seakan-akan sudah menjadi bahan kebutuhan pokok masyarakat. Di masa-masa tertentu, seperti menjelang hari raya harga cabe bisa meningkat hingga puluhan kali lipat.
Usaha tani tanaman cabe (Capsicum annuum L.) memerlukan modal besar dan keterampilan yang cukup. Tidak jarang petani cabe merugi karena abai memperhitungkan faktor cuaca, fluktuasi harga atau serangan hama dan penyakit. Oleh karena itu, segala resiko dalam budidaya tanaman cabe harus dipertimbangkan secara matang.
Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor resiko yang cukup besar dalam budidaya cabe. Agar sukses menjalankan usaha tani cabe, ada baiknya kita mengenal jenis-jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman cabe.

Hama tanaman cabe

Hampir semua hama yang menyerang tanaman terung-terungan bisa menyerang tanaman cabe. Serangan hama ini bisa menurunkan produktivitas tanaman, bahkan pada tingkat tertentu mengakibatkan gagal panen. Berikut ini beberapa jenis hama utama yang sering menyerang tanaman cabe di Indonesia.

a. Hama ulat

Ulat yang sering menyarang tanaman cabe diantaranya ulat grayak (Spodoptera litura). Ulat jenis ini memakan daun sampai bolong-bolong sehingga menganggu kemampuan fotosintesis tanaman. Pada tingkat yang parah ulat grayak memakan habis seluruh daun dan hanya menyisakan tulang-tulang daun.
Selain itu ada juga jenis ulat yang menyerang buah cabai, yaitu jenis Helicoverpa sp. dan Spodoptera exigua. Ulat jenis ini membuat lubang pada buah cabe baik yang masih hijau maupun merah.
Ulat biasanya menyerang pada malam hari atau saat matahari teduh. Pada siang yang terik, ulat bersembunyi di pangkal tanaman atau berlindung di balik mulsa sehingga ulat-ulat ini bisa lolos dari penyemprotan.
      • Pengendalian teknis. Ulat diambil saat malam hari ketika mereka mulai berkeliaran. Pengambilan ulat sebaiknya dilakukan secara menyeluruh dan serempak. Bisa juga dipasang perangkap imago hama. Pencegahannya adalah dengan menjaga kebersihan kebun. Siangi gulma pada selasar bedengan, parit atau lubang-lubang mulsa.
      • Pengendalian kimiawi. Penyemprotan dilakukan apabila serangan sudah parah. Jenis obat yang digunakan adalah insektisida. Penyemprotan sebaiknya dilakukan saat malam hari.

b. Hama tungau

Tungau yang biasa menyerang tanaman cabe ialah tungau kuning (Polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah (Tetranycus sp.). Tungau dijumpai juga menyerang tanaman tanaman singkong.
Pada tanaman cabe, serangan tungau membuat daun keriting menggulung ke bagian kebawah seperti sendok terbalik. Daun menjadi tebal dan kaku sehingga pembentukan pucuk terhambat. Lama kelamaan daun akan menjadi coklat dan mati.
      • Pengendalian teknis. Tanaman yang terserang parah dicabut sedangkan yang belum parah dipotong pucuk-pucuknya. Sisa tanaman yang terserang dibakar agar tidak menjangkiti yang lain. Untuk mencegahnya, usahakan areal penanaman cabe tidak berdekatan dengan tanaman singkong. Menjaga kebersihan kebun efektif mengurangi serangan tungau.
      • Pengendalian kimiawi. Tungau hanya bisa diberantas dengan racun tungau seperti akarisida, bukan dengan insektisida. Dilihat dari fisiknya, tungau berkaki delapan berbeda dengan serangga (insek) yang berkaki empat.

c. Hama kutu daun

Kutu daun yang menyerang tanaman cabe biasanya berasal dari jenis Myzus persicae. Kutu daun menyerang dengan menghisap cairan pada daun. Daun menjadi kering dan permukaan daun keriting.
Selain itu, kutu daun bisa mengundang berbagai penyakit secara tidak langsung. Kutu ini bisa menjadi vektor pembawa virus, menghasilkan cairan berwarna kuning kehijaun yang mengundang semut dan mengundang datangnya cendawan yang menimbulkan jelaga hitam pada permukaan daun.
      • Pengendalian teknis. Petik daun-daun yang terserang kemudian musnahkan. Hindari juga penanaman cabe berdekatan dengan semangka, melon dan kacang panjang. Menjaga kebersihan kebun dan penggunaan plastik mulsa perak efektif menekan perkembangan kutu daun.
      • Pengendalian kimiawi. Gunakan jenis insektisida yang mengandung fipronil atau diafenthiuron. Penyempotan paling efektif dilakukan pada sore hari.

d. Hama lalat buah

Serangan lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabe menyebabkan kerontokan buah. Buah cabe tidak sempat dipanen karena keburu rontok ke tanah. Pada buah yang terserang apabila di belah terdapat larva lalat. Bila tidak dibersihkan, larva pada buah cabe yang rontok akan menjadi pupa di dalam tanah, sehingga siklus serangan akan terus berulang.
      • Pengendalian teknis. Pungut dan kumpulkan buah cabe yang rontok, kemudian musnahkan dengan cara membakarnya. Hal tersebut penting, agar lalat tidak menjadi pupa yang bisa bersemayam di dalam tanah. Lalat buah biasa juga menyerang jenis buah-buahan lain seperti belimbing, pisang, jeruk, dll. Jadi hindari membudidayakan tanaman cabe berdekatan dengan kebun buah.
      • Pengendalian kimiawi. Bisa menggunakan perangkap lalat dengan menggunakan atraktan yang mengandung methyl eugenol. Teteskan obat tersebut pada kapas dan masukkan pada botol bekas air mineral. Pemasangan perangkap bisa dilakukan setelah umur tanaman cabe satu bulan. Bila serangan parah, semprot dengan insektisida pada pagi hari, ketika daun masih berembun dan lalat belum berkeliaran.

e. Hama trips (Thrips)

Tanaman cabe yang terserang trips daunnya akan terlihat garis-garis keperakan, terdapat bercak-bercak kuning hingga kecoklatan dan pertumbuhannya kerdil. Bila dibiarkan daun akan kering dan mati. Serangan trips biasanya menghebat pada musim kemarau. Hama ini juga berperan sebagai pembawa virus dan mudah sekali menyebar.
      • Pengendalian teknis. Bisa memanfaatkan predator alami hama ini, seperti kumbang dan kepik. Pemakaian mulsa dan menjaga kebersihan kebun efektif menekan perkembangannya. Selain itu, rotasi tanaman membantu mengendalikan hama jenis ini.
      • Pengendalian kimiawi. Penyemprotan dilakukan bila serangan meluas. Gunakan insektisida yang berbahan aktif fipronil dan lakukan pada sore hari.

Penyakit tanaman cabe

Penyakit yang menyerang tanaman cabe bisa disebabkan virus, bakteri, cendawan maupun jamur. Setidaknya ada enam macam penyakit yang biasa menyerang tanaman cabe, diantranya:

a. Bercak daun

Penyakit bercak daun yang menyerang tanaman cabe disebabkan oleh jamur Cercospora capsici. Gejalanya terdapat bercak-bercak bundar berwarna abu-abu dengan pinggiran coklat pada daun. Bila serangan menghebat daun akan berwarna kuning dan akhirnya berguguran. Penyakit ini biasanya menyerang pada musim hujan dimana kondisi kelembaban cukup tinggi.
Penyakit ini menyebar saat jamur masih berupa spora dan bisa dibawa oleh angin, air hujan, hama vektor, dan alat pertanian. Spora jamur juga bisa terikut pada benih atau biji cabe.
Pencegahan terhadap penyakit ini dengan memilih benih yang sehat bebas patogen. Merenggangkan jarak tanam berguna meminimalkan serangan agar lingkungan tidak terlalu lembab. Pengendalian teknis bisa dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terinfeksi dengan cara dibakar. Bila serangan menghebat bisa diberikan fungisida.

b. Patek atau antraknosa

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici dan Colletotrichum gloeosporioides. Pada fase pembibitan penyakit ini menyebabkan kecambah layu saat disemaikan. Sedangkan pada fase dewasa menyebabkan mati pucuk, serangan pada daun dan batang menyebabkan busuk kering. Sementara itu, pada buah akan menjadi busuk seperti terbakar.
Penyakit ini bisa terbawa dari benih atau biji cabe. Pencegahan bisa dilakukan dengan memilih benih yang sehat dan bebas patogen. Pengendalian bisa dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang dan penyemprotan fungisida.

c. Busuk

Terdapat dua macam penyakit busuk yang biasa menyerang tanaman cabe, yakni busuk cabang dan busuk kuncup. Busuk cabang pada tanaman cabe disebabkan oleh Phytophthora capsici. Menyerang saat musim hujan dan penyebarannya sangat cepat.
Busuk kuncup disebabkan oleh cendawan Choanosearum sp. Penyakit ini masih jarang dijumpai di Indonesia. Gejalanya, kuncup tanaman berwarna hitam dan lama kelamaan mati.
Penyakit ini bisa dikendalikan dengan mengurangi dosis pemupukan nitrogen seperti urea dan ZA. Kemudian mengatur jarak tanam agar sirkulasi udara berjalan lancar. Tanaman yang terinfeksi sebaiknya dicabut dan dibakar. Penyemprotan bisa dilakukan dengan fungisida, bila dilakukan saat musim hujan pilih fungisida yang memiliki perekat.

d. Layu

Penyakit layu merupakan penyakit yang cukup sulit dikendalikan pada budidaya tanaman cabe. Penyakit layu bisa ditumbulkan oleh beragam jasad penganggu tanaman seperti berbagai jenis cendawan dan bakteri.
Layu yang disebabkan cendawan disebut layu fusarium. Jenis cendawannya adalah Fusarium sp., Verticilium sp. dan Pellicularia sp. Cendawan ini hidup di lingkungan yang masam.
Sedangkan layu bakteri disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Bakteri ini hidup di jaringan batang. Pengendalian penyakit layu harus diamati dengan lebih spesifik agar penanganannya bisa lebih tepat.

e. Bule atau virus kuning

Tanaman cabe yang terserang virus kuning, daun dan batangnya akan terlihat menguning. Penyakit ini disebut juga penyakit bule atau bulai. Penyebabnya adalah virus gemini, penyakit ini bisa dibawa dari benih atau biji dan ditularkan oleh kutu.
Penyakit yang disebabkan virus tidak akan mempan dengan penyemprotan racun-racun kimia. Pengendalian harus dilakukan semenjak dini, dengan memilih benih unggul dan tahan serangan virus. Selain itu bisa juga dengan membasmi hama yang menjadi vektornya, seperti kutu.
Untuk menaikan daya tahan tanaman cabe terhadap serangan virus kuning, bisa dengan mengintensifkan pemupukan, misalnya penggunaan pupuk organik cair yang mengandung zat hara makro dan mikro lengkap. Tujuannya agar tanaman cabe tumbuh subur sehingga lebih tahan terhadap patogen.

f. Keriting daun atau mosaik

Penyebab serangan penyakit mosaik adalah Cucumber Mosaic Virus (CMV). Gejalanya, pertumbuhan menjadi kerdil, warna daun belang-belang hijau tua dan hijau muda, ukuran daun lebih kecil, tulang daun akan berubah menguning.
Penyakit ini bisa menyebar dan menular ke tanaman lain oleh aktivitas serangga. Penyemprotan kimia bertujuan untuk menghilangkan serangga bukan penyakitnya. Untuk mengurangi penyakit, musnahkan tanaman cabe yang telah parah terserang.
Pemilhan benih tahan virus membantu menghindari resiko serangan penyakit ini. Hal lain yang bisa membantu mengurangi resiko serangan adalah pemupukan yang baik dan tepat.